MUHAMMADIYAH AKAN SELALU MEMEDIAKAN
AL-QUR’AN
Bismillahirrahmanirrahim.
“Media sangat
memengaruhi opini dan keputusan masyarakat. Maka dari itu, Persyarikatan
Muhammadiyah akan selalu memediakan Al-Qur’an”.
“Maka janganlah
engaku taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya
(Al-Qur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar.”
(Q.S.
Al-Furqan (25): 52)
Masyarakat Sekarang Sudah Cerdas
Tak bisa
disangkal, peran media cukup memengaruhi kehidupan masyarakat. Opini atau
keputusan kita selaku warga negara atau penyimak media, berkolerasi dengan pola
kita mengonsumsi media. Sayangnya, memilih media mana saja yang akan kita
simak, masih merupakan suatu kemewahan bagi masyarakat negara berkembang
seperti Indonesia. Jaminan finansial atau sosial menjadi kunci untuk sampai
pada kondisi yang memungkinkan kita bisa lebih banyak dan lebih bijak
mengonsumsi media. Mereka yang terpaksa mengonsumsi media yang “itu-itu juga”
lantaran tidak memiliki akses ke media lain, yang barangkali menawarkan suara berbeda;
beresiko mempertaruhkan cara berpikir, kehidupan dan pada akhirnya masa depan
mereka sendiri. Orang-orang malang ini akan berhenti mencari kebenaran, karena
hanya memperoleh masukkan dari satu versi saja.
Kalimat
menipu
Ada sebuah
kalimat yang sering dikatakan oleh media-media massa yang berbunyi, “Masyarakat
sekarang sudah cerdas!”. Kalimat itu juga sering dikatakan oleh para politisi,
pakar, pengamat dan sebagainya. Perkataan ini sebenarnya sangat menipu dan
tidak lagi sesuai dengan kenyataan. Bahkan lebih cenderung tendensius.
Pertama, melalui kalimat seperti itu
media-media massa (sekuler) ingin membangun opini dimata masyarakat, bahwa
selama ini mereka telah berhasil mencerdaskan masyarakat; membuat mereka melek,
luas wawasan dan berpikiran maju. Kedua, media-media massa itu ingin
menyembunyikan kenyataan, bahwa sebenarnya kondisi masyarakat itu bodoh, miskin
wawasan dan hikmah, cenderung hanya ikut-ikutan saja dan tidak berdaya.
Media-media tidak mau menjelaskan kenyataan, bahwa semua ini merupakan hasil
dari proses pembodohan massif yang selama ini mereka lakukan tanpa malu-malu.
Ada banyak indikasi yang bisa
dikemukakan, bahwa kondisi masyarakat (di Indonesia) selama ini sebenarnya
belum pintar akibat ulah destruktif media-media sekuler. Jika dalam konstitusi
nasional disebutkan misi yang salah satunya “Mencerdaskan kehidupan bangsa”,
maka media-media itu akan menjadi antitesa dari misi tersebut.
Tanpa bermaksud memuji Sri Mulyani,
beliau pernah mengatakan bahwa karakter masyarakat kita, short memory lost atau gampang lupaan. Memang kenyataannya begitu,
maka hal-hal demikian merupakan kendala yang berat membangun peradaban yang
kuat. Bahkan untuk memikul amanah Al-Qur’an dan As-Sunnah As-Shahihah pun
berat, karena keduanya tetap membutuhkan kecerdasan untuk memahaminya.
Bangun Peradaban
Butuh Kecerdasan
Dikisahkan,
Khalifah Umar Radhiyallahu ‘Anhu pernah
berjalan-jalan dengan putranya di sebuah padang gembalaan. Disana mereka
berjumpa dengan seorang pengembala dan domba-domba gembalaannya. Khalifah Umar
bermaksud menguji sang pengembala, dengan memintanya untuk menjual salah satu
domba itu kepadanya. “Kalau pun domba ini kamu jual, tidak akan ada yang tahu.
Majikanmu juga tidak tahu”, kata Khalifah”.
Maka secara tegas pengembala itu
berkata, “Fa Ainallah?” (Kalau begitu, dimana Allah?). Maksudnya, sekalipun
sang pemilik domba tidak tahu , Allah tetap tahu transaksi curang tersebut.
Seketika Khalifah menitikkan air mata dan memuji Allah Ta’ala atas keadaan iman
rakyatnya. Ternyata keimanan rakyatnya sangat baik, hingga ke tempat-tempat di
pelosok pun rakyat merasa takut kepada Allah SWT.
Untuk membangun masyarakat Islami,
tidak hanya membutuhkan kemauan untuk beramal dan berkorban, tetapi juga butuh
pengertian, pemahaman, dan kecerdasan karena sebagian besar ajaran Islam
bertumpu pada ilmu. Kalau memahami ilmunya saja kesulitan, bagaimana akan
merealisasikan nilai-nilainya?
Kesamaan Fungsi
Media dan Al-Qur’an
Diriwayatkan
dari Anas r.a., ia mengatakan bahwasanya Rasulullah SAW., pernah bersabda,
“Berjihadlah kepada orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian.”
(HR. Ahmad dalam Al Musnad). Diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik r.a., ia
berkata: Wahai Rasulullah, apa pendapat anda mengenai syair?, Rasulullah pun
menjawab: “Sesungguhnya seorang Muslim berjihad dengan pedang dan lisannya.
Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh seakan-akan kalian
memercikkan mereka (musuh) dengan anak panah.” (HR. Ahmad, seusai syarat
Bukhari-Muslim). Maksudnya, dengan berbekal syair, kalian seperti melempari
musuh dengan anak panah.
Dr.
Yusuf Al-Qadhrawi, dalam Fikih Jihad berkata:
“Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Furqan, ketika berbicara kepada Rasul-Nya:
”Maka janganlah kamu mengikuti
orang-orang kafir, dan berjihadlah kepada mereka dengan jihad yang besar.”
(Q.S. Al-Furqan: 52). Maksudnya, berjihad atau berjuanglah terhadap mereka
dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, Jihad melalui Al-Qur’an dan penjelasan
dianggap sebagai Jihad yang besar.
Inilah
ruang yang bisa dihadiri oleh Media Qur’ani. Kita, umat Islam tak cukup lagi
hanya mendirikan masjid, mendirikan madrasah, mencetak Mushaf, memberangkatkan jemaah Haji, merayakan maulid Nabi dan
lainnya; atau sibuk dengan pembangunan material atau acara-acara seremonial
lainnya. Kita tak boleh lagi abai dengan peran media massa, kekuatannya telah memenjarakan
dan memadamkan cahaya agama Allah SWT. Olehnya itu, berhentilah kita
mengeluhkan kondisi umat yang telah meninggalkan Islam, Qur’an dan Hadits.
Saatnya kita menghadirkan dan mengembalikan wajah Islam yang sebenarnya indah,
melalui Lagu (Nasyid), Koran, Televisi, Media On-line dan lainnya.
Dibawah
ini beberapa kesamaan fungsi media massa Islam dan Al-Qur’an. Jika kita telah
menyadari dan memahaminya, maka bangunlah media-media Islam untuk menunjang
penyebaran ayat-ayat Al-Qur’an; bukan menjadikannya sebagai kompetitor, apalagi
pengganti kedudukan Kitabullah di mata manusia.
Padahal, Qur’an Juga Bisa!!!
10 kesamaan fungsional antara Al-Qur’an dengan media
massa yang jarang disadari
1.
Sebagai sumber
informasi.
Kalau membaca Al-Qur’an akan kita jumpai
banyak informasi-informasi seputar ilmu pengetahuan, sejarah, hukum, sains,
moralitas, dan sebagainya. Ibnu Mas’ud r.a., menganjurkan kita agar selalu
mempelajari Al-Qur’an karena didalamnya terhimpun ilmu pengetahuan pada zaman
klasik maupun zaman kontemporer. Apa yang beliau katakan benar adanya.
Berbagai media massa jelas merupakan
sumber bermacam-macam informasi. Bahkan pada awalnya ia berfungsi sebagai
sumber informasi. Termasuk informasi penemuan baru dibidang sains dan
teknologi, sering dimuat dimedia massa.
2.
Sebagai
sarana edukasi.
Al-Qur’an berperan mendidik umat,
memberdayakan spiritual dan kehidupannya, mengangkat martabatnya, meninggikan
rasa percaya diri dan cita-citanya. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri....”
(Q.S. Ar-Ra’d: 11).
Media massa juga memainkan peran edukasi
dengan cara menyebarkan informasi, ide, gagasan pendidikan. Mereka juga sering
mengupas profil lembaga pendidikan tertentu dan prestasi-prestasinya. Meskipun
tidak ada media massa yang bisa meluluskan sarjana atau mencetak alumni secara
formal, tetapi mereka ikut serta memainkan peran edukasi kepada publik.
3.
Sebagai
sumber hiburan.
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki fungsi
sebagai obat hati, sebagai penghibur jiwa dan rahmat bagi orang-orang beriman.
Sebagaimana Allah SWT., berfirman: ‘Dan
Kami turunkan dari Al-Qur’an sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang beriman,
sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan mendapat
kerugian.” (Q.S. Al-Isra’: 82). Al-Qur’an memberikan hiburan hakiki berupa
ketenangan spiritual, optimisme, kecerdasan intelektual. Hiburan demikian
bersifat produktif, tidak mematikan potensi, tidak merusak diri sendiri, dan
mampu memberikan power kehidupan yang
dengan pengaruh sangat besar.
Tentu saja, media massa sangatlah kental
dengan dunia hiburan. Bahkan mereka menjadikan hiburan itu sebagai tambang profit paking potensial. TV-TV
swasta di Indonesia umumnya concern dengan
menu-menu hiburan. Sejak kita bangun sampai mau tidur lagi, bahkan kalau mau 1
x 24 jam non stop dengan hiburan. Termasuk di saat bulan Ramadhan, TV-TV dengan
sangat tidak sopan memberikan suguhan hiburan dengan lawakan kampungan,
joget-jogetan, obral hadiah dan seterusnya. Mereka beralasan ratting lalu menghalalkan segala cara.
4.
Sebagai
alat promosi.
Al-Qur’an banyak mempromosikan
kebajikan, keimanan, sikap keadilan, ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sifatnya promo juga, tetapi tidak pada sifat commercial minded. Segi keuntungan yang dijanjikan Al-Qur’an yaitu
terutama pahala, kehidupan yang baik dan kenikmatan surga di akhirat kelak.
Sementara media-media massa sekarang ini
mempromosikan apa saja, hampir tak lagi peduli halal-haram, asalkan ada uang
iklan yang masuk. Termasuk iklan yang sangat terkenal dan gemuk hasilnya, yaitu
iklan produk rokok. Media-media TV sampai berlomba mendapatkan hak siar
event-event sepakbola internasional karena sangat tergiur oleh gurih-nya iklan rokok. Tapi ada juga
media massa tertentu yang tidak mau memuat iklan rokok sama sekali. Ini harus
diapresiasi dan diacungi jempol!.
5.
Sebagai
sarana dakwah.
Al-Qur’an merupakan sarana dakwah
terbaik, karena melalui Al-Qur’an, manusia bisa berkomunikasi langsung dengan
Rabb, Pencipta alam semesta. Banyak orang non muslim masuk Islam karena membaca
Al-Qur’an atau terjemahannya. Selain itu, dalam Al-Qur’an juga terdapat
seruan-seruan agar kaum Muslimin menunaikan amanah dakwah. “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya
dari seseorang yang menyeru kepada Allah dan beramal saleh, lalu dia berkata,
“Aku ini adalah termasuk orang Muslim”.” (Q.S.Fush-Shilat: 33).
Media massa juga berdakwah atau menyeruh
manusia. Jika media itu sekuler, mereka mengajak manusia menjadi sekularis,
alergi agama dan bahkan bisa jadi liberalis, kapitalis dan hedonis. Namun jika
media itu Islami maka akan menyeruh kaum Muslimin untuk melaksanakan dakwah
amar ma’ruh nahi mungkar.
6.
Sebagai
inspirasi gaya hidup.
Al-Qur’an mengajarkan gaya hidup
harmoni, bermoral, sederhana, seimbang, rendah hati, mengutamakan kebajikan
dengan dakwah amar ma’ruh nahi mungkar. Ketika mengajarkan anaknya, Luqman a.s
berkata: “Wahai anakku, tegakkanlah
shalat, suruhlah (manusia) berbuat kebaikan, cegahlah dari kemungkaran, dan
bersabarlah atas apa yang menimpamu; sesungguhnya hal itu merupakan
seutama-utama perkara. Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong), jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Sederhanakanlah kamu
dalam berjalan, dan lunakkan suaramu; sesungguhnya seburuk-buruknya suara
adalah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 17-19).
Media-media massa jelas sangat intens dengan mengabarkan gaya hidup
terkini; terutama media untuk kalangan remaja, generasi muda dan kaum wanita.
Majalah ramaja, tabloid selebritis,
acara gosip di TV-TV dan sebagainya sangat pekat dengan inspirasi gaya hidup.
Sebagai contoh gerasi muda kita sekarang ini sedang kecanduan artis K-Pop asal Korea Selatan.
7.
Sebagai
pengarah opini publik.
Al-Qur’an adalah petunjuk kehidupan
setiap Muslim, pengarah pemikiran dan koridor pemahaman. Ia disifati sebagai
Hudan lin Nas (petunjuk bagi manusia), Baiyinatul Huda (penjelas atas
petunjuk), Al-Furqan (pembeda antara yang haq dan bathil). Siapa yang berdalil
dengan Al-Qur’an, maka dalilnya kuat; siapa yang mengikuti petunjuknya, akan
tercerahi; siapa yang berjalan dibawah sinarnya, tak akan tersesat. Itulah
Kitabullah Al-Karim, menjadi petunjuk kehidupan setiap Muslim.
Ternyata, media massa berjuang keras
agar dirinya menjadi pelita, guide, koridor, hingga metode pemikiran mengajak
agar masyarakat mengikuti pendapatnya, pemikirannya, seleranya. Di setiap surat
kabar ada Tajuk Rencana, Editorial, dan
semacamnya. Kolom inilah yang menjadi inti pemikiran surat kabar setiap
edisinya.
8.
Sebagai
pengarah tindakan politik.
Al-Qur’an
mengarahkan para politisi dan negarawan untuk menunaikan amanat, untuk
menegakkan keadilan untuk menolong kaum tertindas serta menjaga kemaslahatan di
bumi. “Sesungguhnya Allah memerintahkan
kalian menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya; dan apabila kalian
memberi hukuman diantara manusia, hendaklah menghukumi secara adil, sesungguhnya
Allah telah sebaik-baiknya memberi pelajaran kepada kalian. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisa: 58).
Media
massa jelas menjadi corong politik bagi pemiliknya. Misalnya, Surya Paloh dan
Nasdem, menggunakan Metro TV sebagai media promo; Aburizal Bakrie menggunakan
TVOne dan ANTV sebagai media promo; Hary Tanoe menggunakan MNC sebagai media
promo politik. Kemudian pula pemberitaan media seringkali mempengaruhi proses
hukum. Misalnya, opini massif seputar terorisme, sehingga aparat penegak hukum
sering melakukan pembunuhan terhadap terduga teroris tanpa melalui proses
peradilan sebelumnya.
9.
Sebagai
sumber rujukan hukum.
Jelas sekali Al-Qur’an merupakan rujukan
hukum , sumber syariat dan mata air fikih bagi umat Muslimin. Disana dikatakan,
“Maka hukumi perkara diantara mereka
dengan apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
(sehingga meninggalkan) apa yang telah datang kepadamu sebagai kebenaran.”
(Q.S. Al-Maidah: 48).
10. Sebagai sumber penulisan sejarah.
Al-Qur’an jelas memuat banyak fakta dan
ilmu sejarah. Al-Qur’an memuat sejarah para Nabi, Rasul dan kaum-kaum pada masa
lampau; memuat sejarah kaum Bani Israil dan kaum Yahudi; memuat sejarah kaum
musyrikin; termasuk sejarah Islam pada zaman Rasulullah SAW. Misalnya ketika
berbicara tentang fir’aun: “Maka Allah
menyiksanya (Fir’aun) di akhirat dan di dunia; sesungguhnya yang demikian ini
terdapat pelajaran bagi siapa yang takut (kepada Allah).” (Q.S. An-Nazi’at:
25-26)
Media-media massa juga menjadi sumber
penulisan sejarah, karena ia menulisa apa saja yang terjadi di sebuah zaman;
ketika zaman telah berganti, informasi media tersebut menjadi rujukan penulisan
sejarah. Tetapi akurasi penulisan sejarah dengan sumber media ini tidak
dijamin, karena seringkali media
bersifat subjektif dan tendensius seusai kepentingan ideologi mereka.
Penyambung Lidah
Di
zaman Nabi Muhammad SAW., dan para sahabatnya, akal pikiran dan kesadaran
masyarakat dipimpin oleh Wahyu. Islam tidak melarang tersebarnya berita dan
opini. Tetapi Islam berusaha mengarahkan opini itu, meluruskannya dan
mengembangkan pengaruh positifnya.
Demikianlah
jika kita cermati ternyata media memiliki sejumlah fungsi yang sangat strategis
sama halnya seperti Al-Qur’an dimata kaum Muslimin. Maka sangat mengherankan
kalau sampai mengabaikan peran strategis media. Sungguh, umat Islam tidak akan
dihukum oleh Allah Ta’ala karena soal berapa jumlah masjid yang dibangun;
tetapi kita bisa dihukum secara kolektif kalau sampai meninggalkan fungsi-fungsi
perjuangan strategis tersebut. Tentu saja, media Qur’ani bertujuan untuk
menyebarkan, memperluas, mengokohkan dan membumikan ayat-ayat Al-Qur’an
ditengah kehidupan insan.
Kalau
The Founding Father, Bung Karno
pernah menyebut diri sebagai Penyambung Lidah
Rakyat. Nah, kedudukan Media Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah As-Shahihah) sejatinya
adalah sebagai Penyambung lidah Islam.
Billahi Fii Sabiilil Haq, Fastabiqul Khairat!

