Asjkar Madya (Lawyer)

Asjkar Madya (Lawyer)

Minggu, 31 Mei 2015

MUHAMMADIYAH AKAN SELALU MEMEDIAKAN AL-QUR’AN



MUHAMMADIYAH AKAN SELALU MEMEDIAKAN AL-QUR’AN
Bismillahirrahmanirrahim.
“Media sangat memengaruhi opini dan keputusan masyarakat. Maka dari itu, Persyarikatan Muhammadiyah akan selalu memediakan Al-Qur’an”.
“Maka janganlah engaku taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar.”
(Q.S. Al-Furqan (25): 52)
Masyarakat Sekarang Sudah Cerdas
            Tak bisa disangkal, peran media cukup memengaruhi kehidupan masyarakat. Opini atau keputusan kita selaku warga negara atau penyimak media, berkolerasi dengan pola kita mengonsumsi media. Sayangnya, memilih media mana saja yang akan kita simak, masih merupakan suatu kemewahan bagi masyarakat negara berkembang seperti Indonesia. Jaminan finansial atau sosial menjadi kunci untuk sampai pada kondisi yang memungkinkan kita bisa lebih banyak dan lebih bijak mengonsumsi media. Mereka yang terpaksa mengonsumsi media yang “itu-itu juga” lantaran tidak memiliki akses ke media lain, yang barangkali menawarkan suara berbeda; beresiko mempertaruhkan cara berpikir, kehidupan dan pada akhirnya masa depan mereka sendiri. Orang-orang malang ini akan berhenti mencari kebenaran, karena hanya memperoleh masukkan dari satu versi saja.
Kalimat menipu
            Ada sebuah kalimat yang sering dikatakan oleh media-media massa yang berbunyi, “Masyarakat sekarang sudah cerdas!”. Kalimat itu juga sering dikatakan oleh para politisi, pakar, pengamat dan sebagainya. Perkataan ini sebenarnya sangat menipu dan tidak lagi sesuai dengan kenyataan. Bahkan lebih cenderung tendensius.
            Pertama, melalui kalimat seperti itu media-media massa (sekuler) ingin membangun opini dimata masyarakat, bahwa selama ini mereka telah berhasil mencerdaskan masyarakat; membuat mereka melek, luas wawasan dan berpikiran maju. Kedua, media-media massa itu ingin menyembunyikan kenyataan, bahwa sebenarnya kondisi masyarakat itu bodoh, miskin wawasan dan hikmah, cenderung hanya ikut-ikutan saja dan tidak berdaya. Media-media tidak mau menjelaskan kenyataan, bahwa semua ini merupakan hasil dari proses pembodohan massif yang selama ini mereka lakukan tanpa malu-malu.
            Ada banyak indikasi yang bisa dikemukakan, bahwa kondisi masyarakat (di Indonesia) selama ini sebenarnya belum pintar akibat ulah destruktif media-media sekuler. Jika dalam konstitusi nasional disebutkan misi yang salah satunya “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka media-media itu akan menjadi antitesa dari misi tersebut.
            Tanpa bermaksud memuji Sri Mulyani, beliau pernah mengatakan bahwa karakter masyarakat kita, short memory lost atau gampang lupaan. Memang kenyataannya begitu, maka hal-hal demikian merupakan kendala yang berat membangun peradaban yang kuat. Bahkan untuk memikul amanah Al-Qur’an dan As-Sunnah As-Shahihah pun berat, karena keduanya tetap membutuhkan kecerdasan untuk memahaminya.   
Bangun Peradaban Butuh Kecerdasan
            Dikisahkan, Khalifah Umar Radhiyallahu ‘Anhu pernah berjalan-jalan dengan putranya di sebuah padang gembalaan. Disana mereka berjumpa dengan seorang pengembala dan domba-domba gembalaannya. Khalifah Umar bermaksud menguji sang pengembala, dengan memintanya untuk menjual salah satu domba itu kepadanya. “Kalau pun domba ini kamu jual, tidak akan ada yang tahu. Majikanmu juga tidak tahu”, kata Khalifah”.
            Maka secara tegas pengembala itu berkata, “Fa Ainallah?” (Kalau begitu, dimana Allah?). Maksudnya, sekalipun sang pemilik domba tidak tahu , Allah tetap tahu transaksi curang tersebut. Seketika Khalifah menitikkan air mata dan memuji Allah Ta’ala atas keadaan iman rakyatnya. Ternyata keimanan rakyatnya sangat baik, hingga ke tempat-tempat di pelosok pun rakyat merasa takut kepada Allah SWT.
            Untuk membangun masyarakat Islami, tidak hanya membutuhkan kemauan untuk beramal dan berkorban, tetapi juga butuh pengertian, pemahaman, dan kecerdasan karena sebagian besar ajaran Islam bertumpu pada ilmu. Kalau memahami ilmunya saja kesulitan, bagaimana akan merealisasikan nilai-nilainya?
Kesamaan Fungsi Media dan Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Anas r.a., ia mengatakan bahwasanya Rasulullah SAW., pernah bersabda, “Berjihadlah kepada orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” (HR. Ahmad dalam Al Musnad). Diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik r.a., ia berkata: Wahai Rasulullah, apa pendapat anda mengenai syair?, Rasulullah pun menjawab: “Sesungguhnya seorang Muslim berjihad dengan pedang dan lisannya. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh seakan-akan kalian memercikkan mereka (musuh) dengan anak panah.” (HR. Ahmad, seusai syarat Bukhari-Muslim). Maksudnya, dengan berbekal syair, kalian seperti melempari musuh dengan anak panah.
Dr. Yusuf Al-Qadhrawi, dalam Fikih Jihad berkata: “Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Furqan, ketika berbicara kepada Rasul-Nya: ”Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah kepada mereka dengan jihad yang besar.” (Q.S. Al-Furqan: 52). Maksudnya, berjihad atau berjuanglah terhadap mereka dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, Jihad melalui Al-Qur’an dan penjelasan dianggap sebagai Jihad yang besar.
Inilah ruang yang bisa dihadiri oleh Media Qur’ani. Kita, umat Islam tak cukup lagi hanya mendirikan masjid, mendirikan madrasah, mencetak Mushaf, memberangkatkan jemaah Haji, merayakan maulid Nabi dan lainnya; atau sibuk dengan pembangunan material atau acara-acara seremonial lainnya. Kita tak boleh lagi abai dengan peran media massa, kekuatannya telah memenjarakan dan memadamkan cahaya agama Allah SWT. Olehnya itu, berhentilah kita mengeluhkan kondisi umat yang telah meninggalkan Islam, Qur’an dan Hadits. Saatnya kita menghadirkan dan mengembalikan wajah Islam yang sebenarnya indah, melalui Lagu (Nasyid), Koran, Televisi, Media On-line dan lainnya.
Dibawah ini beberapa kesamaan fungsi media massa Islam dan Al-Qur’an. Jika kita telah menyadari dan memahaminya, maka bangunlah media-media Islam untuk menunjang penyebaran ayat-ayat Al-Qur’an; bukan menjadikannya sebagai kompetitor, apalagi pengganti kedudukan Kitabullah di mata manusia.
Padahal, Qur’an Juga Bisa!!!
10 kesamaan fungsional antara Al-Qur’an dengan media massa yang jarang disadari
1.      Sebagai sumber informasi.
Kalau membaca Al-Qur’an akan kita jumpai banyak informasi-informasi seputar ilmu pengetahuan, sejarah, hukum, sains, moralitas, dan sebagainya. Ibnu Mas’ud r.a., menganjurkan kita agar selalu mempelajari Al-Qur’an karena didalamnya terhimpun ilmu pengetahuan pada zaman klasik maupun zaman kontemporer. Apa yang beliau katakan benar adanya.
Berbagai media massa jelas merupakan sumber bermacam-macam informasi. Bahkan pada awalnya ia berfungsi sebagai sumber informasi. Termasuk informasi penemuan baru dibidang sains dan teknologi, sering dimuat dimedia massa.
2.      Sebagai sarana edukasi.
Al-Qur’an berperan mendidik umat, memberdayakan spiritual dan kehidupannya, mengangkat martabatnya, meninggikan rasa percaya diri dan cita-citanya. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri....” (Q.S. Ar-Ra’d: 11).
Media massa juga memainkan peran edukasi dengan cara menyebarkan informasi, ide, gagasan pendidikan. Mereka juga sering mengupas profil lembaga pendidikan tertentu dan prestasi-prestasinya. Meskipun tidak ada media massa yang bisa meluluskan sarjana atau mencetak alumni secara formal, tetapi mereka ikut serta memainkan peran edukasi kepada publik.
3.      Sebagai sumber hiburan.
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki fungsi sebagai obat hati, sebagai penghibur jiwa dan rahmat bagi orang-orang beriman. Sebagaimana Allah SWT., berfirman: ‘Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan mendapat kerugian.” (Q.S. Al-Isra’: 82). Al-Qur’an memberikan hiburan hakiki berupa ketenangan spiritual, optimisme, kecerdasan intelektual. Hiburan demikian bersifat produktif, tidak mematikan potensi, tidak merusak diri sendiri, dan mampu memberikan power kehidupan yang dengan pengaruh sangat besar.
Tentu saja, media massa sangatlah kental dengan dunia hiburan. Bahkan mereka menjadikan hiburan itu sebagai tambang profit paking potensial. TV-TV swasta di Indonesia umumnya concern dengan menu-menu hiburan. Sejak kita bangun sampai mau tidur lagi, bahkan kalau mau 1 x 24 jam non stop dengan hiburan. Termasuk di saat bulan Ramadhan, TV-TV dengan sangat tidak sopan memberikan suguhan hiburan dengan lawakan kampungan, joget-jogetan, obral hadiah dan seterusnya. Mereka beralasan ratting lalu menghalalkan segala cara.
4.      Sebagai alat promosi.
Al-Qur’an banyak mempromosikan kebajikan, keimanan, sikap keadilan, ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sifatnya promo juga, tetapi tidak pada sifat commercial minded. Segi keuntungan yang dijanjikan Al-Qur’an yaitu terutama pahala, kehidupan yang baik dan kenikmatan surga di akhirat kelak.
Sementara media-media massa sekarang ini mempromosikan apa saja, hampir tak lagi peduli halal-haram, asalkan ada uang iklan yang masuk. Termasuk iklan yang sangat terkenal dan gemuk hasilnya, yaitu iklan produk rokok. Media-media TV sampai berlomba mendapatkan hak siar event-event sepakbola internasional karena sangat tergiur oleh gurih-nya iklan rokok. Tapi ada juga media massa tertentu yang tidak mau memuat iklan rokok sama sekali. Ini harus diapresiasi dan diacungi jempol!.
5.      Sebagai sarana dakwah.
Al-Qur’an merupakan sarana dakwah terbaik, karena melalui Al-Qur’an, manusia bisa berkomunikasi langsung dengan Rabb, Pencipta alam semesta. Banyak orang non muslim masuk Islam karena membaca Al-Qur’an atau terjemahannya. Selain itu, dalam Al-Qur’an juga terdapat seruan-seruan agar kaum Muslimin menunaikan amanah dakwah. “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari seseorang yang menyeru kepada Allah dan beramal saleh, lalu dia berkata, “Aku ini adalah termasuk orang Muslim”.” (Q.S.Fush-Shilat: 33).
Media massa juga berdakwah atau menyeruh manusia. Jika media itu sekuler, mereka mengajak manusia menjadi sekularis, alergi agama dan bahkan bisa jadi liberalis, kapitalis dan hedonis. Namun jika media itu Islami maka akan menyeruh kaum Muslimin untuk melaksanakan dakwah amar ma’ruh nahi mungkar.
6.      Sebagai inspirasi gaya hidup.
Al-Qur’an mengajarkan gaya hidup harmoni, bermoral, sederhana, seimbang, rendah hati, mengutamakan kebajikan dengan dakwah amar ma’ruh nahi mungkar. Ketika mengajarkan anaknya, Luqman a.s berkata: “Wahai anakku, tegakkanlah shalat, suruhlah (manusia) berbuat kebaikan, cegahlah dari kemungkaran, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu; sesungguhnya hal itu merupakan seutama-utama perkara. Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Sederhanakanlah kamu dalam berjalan, dan lunakkan suaramu; sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 17-19).
Media-media massa jelas sangat intens dengan mengabarkan gaya hidup terkini; terutama media untuk kalangan remaja, generasi muda dan kaum wanita. Majalah ramaja, tabloid selebritis,  acara gosip di TV-TV dan sebagainya sangat pekat dengan inspirasi gaya hidup. Sebagai contoh gerasi muda kita sekarang ini sedang kecanduan artis K-Pop asal Korea Selatan.
7.      Sebagai pengarah opini publik.
Al-Qur’an adalah petunjuk kehidupan setiap Muslim, pengarah pemikiran dan koridor pemahaman. Ia disifati sebagai Hudan lin Nas (petunjuk bagi manusia), Baiyinatul Huda (penjelas atas petunjuk), Al-Furqan (pembeda antara yang haq dan bathil). Siapa yang berdalil dengan Al-Qur’an, maka dalilnya kuat; siapa yang mengikuti petunjuknya, akan tercerahi; siapa yang berjalan dibawah sinarnya, tak akan tersesat. Itulah Kitabullah Al-Karim, menjadi petunjuk kehidupan setiap Muslim.
Ternyata, media massa berjuang keras agar dirinya menjadi pelita, guide, koridor, hingga metode pemikiran mengajak agar masyarakat mengikuti pendapatnya, pemikirannya, seleranya. Di setiap surat kabar ada Tajuk Rencana, Editorial, dan semacamnya. Kolom inilah yang menjadi inti pemikiran surat kabar setiap edisinya.
8.      Sebagai pengarah tindakan politik.
Al-Qur’an mengarahkan para politisi dan negarawan untuk menunaikan amanat, untuk menegakkan keadilan untuk menolong kaum tertindas serta menjaga kemaslahatan di bumi. “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya; dan apabila kalian memberi hukuman diantara manusia, hendaklah menghukumi secara adil, sesungguhnya Allah telah sebaik-baiknya memberi pelajaran kepada kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisa: 58).
Media massa jelas menjadi corong politik bagi pemiliknya. Misalnya, Surya Paloh dan Nasdem, menggunakan Metro TV sebagai media promo; Aburizal Bakrie menggunakan TVOne dan ANTV sebagai media promo; Hary Tanoe menggunakan MNC sebagai media promo politik. Kemudian pula pemberitaan media seringkali mempengaruhi proses hukum. Misalnya, opini massif seputar terorisme, sehingga aparat penegak hukum sering melakukan pembunuhan terhadap terduga teroris tanpa melalui proses peradilan sebelumnya.
9.      Sebagai sumber rujukan hukum.
Jelas sekali Al-Qur’an merupakan rujukan hukum , sumber syariat dan mata air fikih bagi umat Muslimin. Disana dikatakan, “Maka hukumi perkara diantara mereka dengan apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka (sehingga meninggalkan) apa yang telah datang kepadamu sebagai kebenaran.” (Q.S. Al-Maidah: 48).
10.  Sebagai sumber penulisan sejarah.
Al-Qur’an jelas memuat banyak fakta dan ilmu sejarah. Al-Qur’an memuat sejarah para Nabi, Rasul dan kaum-kaum pada masa lampau; memuat sejarah kaum Bani Israil dan kaum Yahudi; memuat sejarah kaum musyrikin; termasuk sejarah Islam pada zaman Rasulullah SAW. Misalnya ketika berbicara tentang fir’aun: “Maka Allah menyiksanya (Fir’aun) di akhirat dan di dunia; sesungguhnya yang demikian ini terdapat pelajaran bagi siapa yang takut (kepada Allah).” (Q.S. An-Nazi’at: 25-26)
Media-media massa juga menjadi sumber penulisan sejarah, karena ia menulisa apa saja yang terjadi di sebuah zaman; ketika zaman telah berganti, informasi media tersebut menjadi rujukan penulisan sejarah. Tetapi akurasi penulisan sejarah dengan sumber media ini tidak dijamin, karena seringkali  media bersifat subjektif dan tendensius seusai kepentingan ideologi mereka.
Penyambung Lidah
Di zaman Nabi Muhammad SAW., dan para sahabatnya, akal pikiran dan kesadaran masyarakat dipimpin oleh Wahyu. Islam tidak melarang tersebarnya berita dan opini. Tetapi Islam berusaha mengarahkan opini itu, meluruskannya dan mengembangkan pengaruh positifnya.
Demikianlah jika kita cermati ternyata media memiliki sejumlah fungsi yang sangat strategis sama halnya seperti Al-Qur’an dimata kaum Muslimin. Maka sangat mengherankan kalau sampai mengabaikan peran strategis media. Sungguh, umat Islam tidak akan dihukum oleh Allah Ta’ala karena soal berapa jumlah masjid yang dibangun; tetapi kita bisa dihukum secara kolektif kalau sampai meninggalkan fungsi-fungsi perjuangan strategis tersebut. Tentu saja, media Qur’ani bertujuan untuk menyebarkan, memperluas, mengokohkan dan membumikan ayat-ayat Al-Qur’an ditengah kehidupan insan.
Kalau The Founding Father, Bung Karno pernah menyebut diri sebagai Penyambung Lidah Rakyat. Nah, kedudukan Media Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah As-Shahihah) sejatinya adalah sebagai Penyambung lidah Islam.
Billahi Fii Sabiilil Haq, Fastabiqul Khairat!

Muhammadiyah dan Muktamar Ke-47 Muhammadiyah

 
Islam Agamaku, Muhammadiyah Gerakanku untuk Indonesia Berkemajuan
 
akun resmi: www.muhammadiyah.or.id

 
Muktamar Ke-47 Muhammadiyah, Makassar, 3-7 Agustus 2015
 
akun resmi: www.muktamar47.muhammadiyah.or.id

Jumat, 06 Februari 2015

SAVE KPK & SAVE POLRI



SAVE KPK & SAVE POLRI

Bismillahirrahmanirrahim...
            Save KPK dan/atau SAVE POLRI, ungkapan yang akhir-akhir ini semakin sering kita dengarkan melalui berbagai media baik di media elektronik dan media cetak maupun pada media sosial yang berasal dari ungkapan hati seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini bermula dari perseteruan antara KPK dan POLRI jilid dua yang melibatkan institusi KPK dan calon tunggal Kapolri, Komjen Budi Gunawan yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam dugaan tindak pidana terhadap rekening gendut yang dimilikinya. Lebih disayangkan pula ketika Komisi III DPR RI meloloskan nama Komjen BG sebagai calon Kapolri tunggal melalui proses feet and propertest yang dilakukan oleh Komisi III bulan Januari kemarin dengan beralibi bahwa mengingat dalam hukum adanya asas praduga tak bersalah yang harus diutamakan sehingga Komjen BG dapat dengan mudah untuk diparipurnakan dan disetujui oleh DPR RI sebagai calon Kapolri tunggal.
Sampai saat ini pun belum ada jalan penyelesaian dari persoalan ini, karena semua pihak yang terlibat didalamnya diantaranya institusi KPK dan POLRI, lembaga legislatif (DPR RI dalam hal ini komisi III DPR RI) serta termasuk tim sembilan yang dibentuk oleh Presiden menyerahkan sepenuhnya kepada Bapak Joko Widodo selaku Presiden RI untuk membuat keputusannya. Presiden pun masih menunggu proses hukum yang ditempuh Komjen BG yang mengajukan proses pra peradilan ke pengadilan negeri atas penetapan tersangka oleh KPK kepadanya.