Asjkar Madya (Lawyer)

Asjkar Madya (Lawyer)

Sabtu, 20 Februari 2016

PANCASILA: FALSAFAH BERBANGSA DAN BERNEGARA YANG MULAI TERLUPAKAN



PANCASILA: FALSAFAH BERBANGSA DAN BERNEGARA YANG MULAI TERLUPAKAN

Beberapa bulan menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945, Bung Karno mengurai-kampanyekan gagasan emasnya yang bernama “Pancasila”. Dasar negara merdeka (Philosofische Grondslag) yang akan menjadi ideologi bangsa, falsafah, fondasi dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Tema sentral yang menjadi pemikiran bung Karno tentang Islam yang memberikan landasan bagi segenap aktivitasnya, seperti semangat tauhid, Islam antipenindasan, Islam tidak mengenal aristokrasi, egaliter, Islam sangat rasional, simpel dan elastis (selaras dengan kemajuan zaman). Ide Pancasila yang dilontarkan pada 1 Juni 1945, menunjukkan pengaruh dari unsur pemikirannya tentang Islam.
Mari kita simak isi pidatonya yang amat enomenal itu (1 Juni 1945), Bung Karno mengatakan: “Saudara-saudara apakah prinsip kelima? Setelah saya kemukakan empat prinsip; 1. Kebangsaan Indonesia, 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan, 3. Mufakat atau demokrasi, 4. Kesejahteraan sosial. Prinsip kelima hendaknya; Menyusun Indonesia Merdeka dengan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia yang bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan. Tuhannya sendiri.”
Awalnya sila Ketuhanan diletakkan pada nomor lima. Dalam “kacamata” penulis, Bung Karno sepertinya ingin mengatakan bahwa semua sila yang ada tidak ada artinya jika tidak berdasarkan ketuhanan. Atau yang paling memungkinkan adalah “Ketuhanan menjadi puncak pemikirannya”.