PANCASILA: FALSAFAH BERBANGSA DAN BERNEGARA YANG
MULAI TERLUPAKAN
Beberapa
bulan menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945, Bung Karno mengurai-kampanyekan
gagasan emasnya yang bernama “Pancasila”. Dasar negara merdeka (Philosofische Grondslag) yang akan
menjadi ideologi bangsa, falsafah, fondasi dan pedoman hidup berbangsa dan
bernegara.
Tema
sentral yang menjadi pemikiran bung Karno tentang Islam yang memberikan
landasan bagi segenap aktivitasnya, seperti semangat tauhid, Islam
antipenindasan, Islam tidak mengenal aristokrasi, egaliter, Islam sangat
rasional, simpel dan elastis (selaras dengan kemajuan zaman). Ide Pancasila
yang dilontarkan pada 1 Juni 1945, menunjukkan pengaruh dari unsur pemikirannya
tentang Islam.
Mari
kita simak isi pidatonya yang amat enomenal itu (1 Juni 1945), Bung Karno
mengatakan: “Saudara-saudara apakah
prinsip kelima? Setelah saya kemukakan empat prinsip; 1. Kebangsaan Indonesia,
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan, 3. Mufakat atau demokrasi, 4.
Kesejahteraan sosial. Prinsip kelima hendaknya; Menyusun Indonesia Merdeka
dengan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia yang bertuhan,
tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan. Tuhannya sendiri.”
Awalnya
sila Ketuhanan diletakkan pada nomor lima. Dalam “kacamata” penulis, Bung Karno
sepertinya ingin mengatakan bahwa semua sila yang ada tidak ada artinya jika tidak berdasarkan ketuhanan. Atau yang paling memungkinkan adalah
“Ketuhanan menjadi puncak pemikirannya”.